KONSULTAN BISNIS MANAJEMEN
KONSULTAN HOTEL & RESTORAN
UNGGUL, +62 0813-9864-6177. Poin Penting Dalam Bisnis Restoran.
Bisnis Restoran, Manajemen Restoran, Konsultan Bisnis Restoran, Konsultan Bisnis Manajemen, Harga Pokok Penjualan, Poin Penting Dalam Sebuah Usaha Adalah, Modal Usaha Restoran, Konsultan Manajemen Restoran, Konsultan Bisnis, Konsultan Bisnis Yogyakarta, Konsultan Bisnis Surabaya, Konsultan Bisnis Jakarta, Konsultan Restoran di Jakarta, Konsultan Bisnis di Indonesia.
Sebagai seorang pemilik atau penanggung jawab resto, Anda akan membutuhkan beberapa poin penting untuk menelusuri sekaligus mengevaluasi bisnis Anda dari waktu ke waktu. Dengan perhitungan dari poin-poin penting tersebut, Anda dapat mengantisipasi tren negatif dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan dari bisnis resto Anda.
Memang tidak mudah dalam meningkatkan efisiensi dan profitabilitas bisnis Anda. Banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan restoran, seperti perbedaan biaya dan pendapatan juga faktor yang pada akhirnya akan mempengaruhi untung dan rugi. Anda memerlukan metrik dan berbagai macam tes agar mendapatkan bentuk terbaik untuk bisnis resto Anda.
Poin Penting Dalam Bisnis Restoran
Berikut adalah poin penting metrik dalam bisnis restoran yang harus Anda lacak secara teratur dan cara mengalkulasikannya.
1. Balik Modal (Breakeven Point)
Balik modal adalah salah satu poin terpenting. Angka ini menentukan berapa banyak barang yang harus Anda jual untuk mendapatkan kembali modal. Jumlah tersebut kemudian dapat digunakan untuk meramalkan berapa lama waktu yang dibutuhkan agar modal kembali. Balik modal ini menjadi keharusan jika Anda ingin mencari investor atau membuka restoran baru.
Persamaan Balik modal adalah:
Total Biaya Tetap ÷ ((Total Penjualan – Total Biaya Variabel) ÷ Total Penjualan). Jika pendapatan per bulan restoran Anda sebesar Rp 10 juta, total biaya variabel sebesar Rp 3 juta, dan total biaya tetap sebesar Rp 4 juta, maka Balik modal dari restoran yang Anda kelola adalah: Rp 4 juta ÷ ((Rp 10 juta – Rp 3 juta) ÷ Rp 10 juta) atau sama dengan Rp 5,714 juta.
Artinya anda akan mulai mendapatkan keuntungan setelah menjual makanan dan minuman senilai Rp 5,714 juta per bulan.
2. Harga Pokok Penjualan (HPP)
Harga Pokok Penjualan atau HPP mengacu pada biaya yang dibutuhkan untuk membuat setiap makanan dan minuman yang Anda jual kepada tamu. Angka dapat menjadi gambaran persediaan restoran selama jangka waktu tertentu. Penting untuk mencatat tingkat persediaan di awal dan akhir periode waktu tersebut, dan setiap pembelian tambahan. HPP biasanya merupakan salah satu biaya restoran terbesar.
Menghitung HPP adalah:
Persediaan Awal + Persediaan yang Dibeli – Persediaan Akhir
Jika Anda memiliki persediaan senilai Rp 5 juta pada awal bulan lalu membeli Rp 2 juta lagi dalam jangka waktu yang sama, dan pada akhir bulan tersisa persediaan senilai Rp 4 juta, maka HPP Anda untuk bulan tersebut adalah: Rp 5 juta + Rp 2 juta – Rp 4 juta atau sama dengan Rp 3 juta.
3. Biaya Overhead
Biaya tetap bagus untuk diketahui karena mudah dicari. Satu tagihan, satu harga. Tapi, bukankah akan sangat membantu untuk mengetahui berapa biaya tetap yang ada setiap jam setiap harinya? Biaya overhead adalah bentuk perhitungan biaya yang membantu anda memahami berapa biaya yang diperlukan untuk menjalankan restoran Anda hanya dari biaya tetap.
Menghitung biaya overhead restoran:
Total Biaya Tidak Langsung (Tetap) ÷ Jumlah Jam Buka = Biaya Overhead
Mari buat contoh biaya tetap restoran Anda untuk satu bulan yang berisi 31 hari adalah Rp 10 juta. Dengan asumsi restoran Anda akan buka setiap hari, biaya overhead Anda akan menjadi Rp 322.580 per hari.
Namun, tentu angka ini akan naik jika Anda menghitung untuk bulan yang lebih pendek, seperti pada bulan Februari yang hanya 28 hari. Hal ini dikarenakan Anda mengalokasikan jumlah uang yang sama selama lebih sedikit jam kerja.
4. Biaya Pokok
Biaya pokok restoran adalah jumlah semua biaya tenaga kerja (gaji, tunjangan, dll.) dan HPP-nya. Biasanya, biaya pokok restoran mencapai sekitar 60% dari total penjualan. Biaya pokok adalah perhitungan paling penting karena merupakan biaya restoran yang dapat dikontrol.
Meskipun anda tidak dapat mengendalikan biaya sewa tetap secara mingguan atau bulanan, Anda dapat mencari cara lain dengan mengelola tenaga kerja dengan hati-hati.
Dengan demikian, biaya pokok restoran merupakan area utama yang bisa dioptimalkan pemilik restoran agar bisa menurunkan biaya dan meningkatkan keuntungan.
Persamaannya adalah:
Tenaga kerja + HPP = Biaya Pokok Restoran
Angka tenaga kerja yang dimaksud adalah biaya yang termasuk gaji pokok, upah per jam, pajak gaji, hingga tunjangan.
5. Persentase Biaya Pangan
Persentase ini merupakan perbedaan biaya pembuatan hidangan menu tertentu (termasuk semua biaya bahan yang terdapat dalam satu hidangan) dan harga jual makanan tersebut. Jika hidangan ikan salmon Anda memerlukan biaya Rp 35.000 dan Anda menjualnya seharga Rp 140.000, maka Persentase Biaya Pangan Anda akan menjadi 25%.
Biasanya, Persentase Biaya Pangan restoran harus antara 28% – 35%. Anda dapat menghitungnya dengan membagi total biaya bahan makanan dengan total penjualan Anda selama jangka waktu tertentu.
Jika Anda memahami persentase biaya pangan untuk setiap hidangan Anda, Anda dapat memilih untuk menaikkan atau merancang menu Anda untuk mempromosikan hidangan yang paling laku dan berdampak pada pendapatan dan keuntungan.
Persamaannya adalah:
Persentase Biaya Pangan (dalam persen) = Biaya Bahan Makanan dalam satu hidangan ÷ Harga Jual
6. Laba Kotor
Laba Kotor menunjukkan keuntungan yang didapat restoran setelah memperhitungkan biaya pokok penjualan (HPP). Laba Kotor yang dihasilkan dapat digunakan untuk melunasi biaya pokok dan keuntungan.
Untung menghitungnya, kurangi total HPP selama jangka waktu tertentu dari total pendapatan Anda (termasuk penjualan makanan, minuman, dan item lain).
Cara menghitungnya:
Total Penjualan – HPP = Laba Kotor.
Jika jumlah total penjualan restoran untuk satu bulan adalah Rp 7 juta dan HPP-nya sebesar Rp 3 juta, maka Laba Kotor restoran untuk bulan tersebut adalah Rp 4 juta.
7. Tingkat Perputaran Karyawan.
Metrik ini adalah persentase karyawan keluar atau dipecat yang perlu diganti selama jangka waktu tertentu. Industri restoran memiliki Tingkat Perputaran karyawan yang tinggi dibandingkan dengan segmen industri lainnya.
Di lingkungan pelayanan makanan yang serba cepat, pergantian karyawan yang tinggi dapat mengganggu efisiensi operasional dan memerlukan banyak waktu serta perhatian untuk mendapatkan karyawan baru.
Cara menghitung Tingkat Perputaran Karyawan:
(Jumlah Karyawan Awal + Jumlah Karyawan Akhir) ÷ 2 = Rata-rata Jumlah Karyawan.
Karyawan Keluar ÷ Rata-rata Jumlah Karyawan = Tingkat Perputaran Karyawan.
Jika Anda memiliki 10 karyawan pada awal bulan dan bersisa 8 orang pada akhir bulan, persamaannya akan terlihat sebagai berikut:
(10 + 8) ÷ 2 = 9
2 ÷ 9 = 0.222
Untuk menghitung Tingkat Perputaran Karyawan, tinggal kalikan saja dengan persen untuk mendapatkan persentase omset. Untuk kasus ini, berarti Tingkat Perputaran Karyawan Anda adalah 22,2%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar